Dongeng Buaya Putih

Dongeng Buaya Putih - Assalamu'alaikum semuanya , Pada info kali ini yang diberi judul Dongeng Buaya Putih,telah dibagikan di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan info ini dapat anda pahami dan bermanfaat bagi anda semuanya.

Judul : Dongeng Buaya Putih
Label : Dongeng Buaya Putih

Download Dongeng Buaya Putih

Dongeng Buaya Putih. Di suatu desa yang terpencil, di tepi sebuah sungai, hiduplah serotang janda dengan seorang anaknya. Janda tersebut bernama Dewi Larangan, dan anaknya bernama Bayu. mereka hidup sangat sederhana. Hati mereka sangat senang sebab bisa berkawan dengan alam dan hewan-hewan.


Bayu mempunyai sahabat. Namanya Bajulmitra. Bajulmitra ialah seekor buaya besar. Ia menjadi pelatih Bayu dalam hal berenang. mereka sudah bersahabat sejak Bayu masih kecil, semenjak Dewi Larangan tinggal di tepi sungai itu. Sebab sudah sering diajak ke sungai sejak kecil, setelah besar ia menjadi senang bermain di air. Bayu pandai berenang dan menyelam. Kadang ia naik ke atas pohon di tepi sungai, dan dari pohon itu Bbayu melompat ke sungai. Bajulmitra sang buaya, setia menungguinya di tepi sungai. Bahkan Bajulmitra sering melatih Bayu menyelam sampai dasar sungai.
Suatu ketika, setelah tahun kesebelas peristiwa tenggelamnya suami Dewi Larangan, Dewi Larangan ingin mengenang kematian suaminya yang merupakan seorang adipati. Dan sebagai mengenangnya, Dewi Larangan berbusana seorang istri adipati. Tatkala Dewi Larangan sedang hanyut perasaan, tiba-tiba terdengar suara Bayu yang berteriak memanggil ibunya. Katanya, ”Bu, ibu, lihatlah benda ini!” Dengan cepat Bayu berenang ke tepi sungai diikuti oleh Bajulmitra.
“Kalung?” Jawab Ibunya. “Dari mana kau menbisakan kalung ini? Ini Kalung ayahmu!”

Dewi Larangan menggenggam kalung itu dengan gemetar. Bajulmitra memperhatikan anak dan ibu dengan mata tak berkedip. Kemudian Dewi Larangan menceritakan peristiwa yang terjadi sebelas tahun yang lalu. Ternyata ayah Bayu ialah mantan seorang adipati, dan ia tenggelam dalam sungai tersebut sebab ia berdusta pada Dewi Larangan, sehingga ia menbisa hukuman dari Tuhan.
“Apakah benar Ayah sering berdusta pada Ibu?” Tanya Bayu. “Kalau demikian ayah itu jahat, sehingga dihukum Tuhan!”
“memang benar Ayahmu sering berdusta pada ibu sebagai menutupi perbuatannya. Oleh sebab itu, engkau jangan berdusta supaya engkau tidak dihukum.” kata Dewi Larangan.
Sedang asyik mereka berdua berbicara, tiba-tiba mereka menatap beberapa ekor buaya berenang menuju ke hulu. mereka nampak tergesa-gesa.
“Bajul!” Kata Bayu. “Ada apa dengan kawan-kawanmu itu? Nampaknya mereka sedang berlomba-lomba mencari mangsa!”
Banjulmitra hanya memalingkan kepalanya, dan pergi mengejar kawan-kawannya.
Dewi Larangan tersentak dari lamunannya tentang suaminya. Ia mendengar suara sayup-sayup dari hulu sungai. “ Awas Tuan Adipati, buaya-buaya itu sangat ganas!”

“Jangan khawatir!” Jawab Adipati. “Tetaplah kau mendayung, biar aku saja yang menghadapi buaya-buaya itu.”
Ternyata Dewi Larangan merasa ia mengenal suara itu. Ia mengajak Bayu sebagai mendekati asal suara itu. Ternyata suara tersebut berasal dari Kanda Adipati, kakak Dewi Larangan.
“Oh, itu Kanda Adipati!” kata Dewi Larangan panic. “Kanda Adipati siapa Bu?” Tanya Bayu.
“Kanda Adipati Wirasaba namanya. Itu ialah kakak Ibu, dan ia ialah Pakde mu!” Jawab Dewi Larangan.
“Ayo kita cepat ke sana!” perintah Dewi Larangan. Bayu mengajak Bajul menuju sumber suara tersebut.
Setelah sampai di hulu sungai, mereka menatap Kanda Adipati Wirasaba sedang bertarung melawan tiga ekor buaya dari atas perahu. Berkali-kali tangkai dayungnya menghantam mulut buaya-buaya tersebut. Ketika Adipati Wirasaba lengah, salah satu buaya tersebut menghantamkan ekornya ke tangkai dayung yang dipegang Adipati Wirasaba. Tubuhnya mulai gemetaran sebab kehilangan keseimbangan.
Bayu menyuruh Bajul melerai pertarungan. Sementara Adipati masih terhuyung-huyung, mendadak tiga ekor buaya itu menghantamkan ekornya ke perahu. Perahu oleng dengan kerasnya. Adipati tidak bisa menguasai tubuhnya. Ia pun terpelanting masuk ke dalam sungai.
menatap kejadian itu, serta merta Bayu dengan sigap langsung menolong sang Adipati Wirasaba. Sedang Bajulmitra mendekati kawan-kawannya. Ketiga buaya penyerang itu kemudian meniggalkan perahu dan menyelam ke dasar sungai. Dengan susah payah Bauh menolong Adipati naik kembali ke perahu.
Setelah sampai di daratan, Adipati Wirasaba berkata,”Kurang ajar benar buaya-buaya itu! Akan kudatangkan prajurit kadipaten sebagai memusnahkan mereka!”
“Kanda Adipati, janganlah Kanda balas dendam kepada buaya-buaya itu. mereka tidak akan menyerang kalau tidak diganggu,” sahut Dewi Larangan.
Pengawal menimpali ucapan Dewi Larangan, “Betul Kanda, semula buaya-buaya itu hanya berenang di belakang perahu. Tetapi ketika Tuan Adipati memukul seekor buaya dengan dayung, mereka menjadi ganas dan menyerang perahu!”
Setelah dialog sebab musabab terjadinya peristiwa tersebut, barulah Adipati Wirasaba ingat kalau yang menolongnya, Bayu, ialah anak adiknya. Ia pun sadar kalau wanita yang ditemuinya ialah adiknya, Dewi Larangan. Andaikata Bayu tidak ada, apalah jadinya.
Dewi Larangan mengingatkan kakaknya kalau kejadian yang baru dialaminya itu setimpal dengan janjinya yang tidak pernah ia tepati. Adipati Wirasaba pernah berjanji, ia akan menjenguk saudara perempuannya itu setiap dua bulan, tetapi kenyataannya, sampai sepuluh tahun pun belum pernah. Bahkan Bayu pun sudah besar sekarang.

Selesai percakapan-percakapan, Dewi Larangan dan Bayu diajak Adipati Wirasaba sebagai datang ke Kadipaten. mereka nampak tergesa-gesa. Setelah sampai di Kadipaten mereka semua saling melepas rindu. Adipati Wirasaba menceritakan peristiwa yang baru terjadi kepada istrinya. “Untung saja ada Bayu, kalau tidak mungkin aku sudah mati tenggelam,” kata Adipati Wirasaba.
Ternyata, setelah itu, Adipati beserta istrinya menghendaki Dewi Larangan serta Bayu sebagai tinggal di Kadipaten. Tapi Dewi Larangan menolak kehendak kakaknya. Ia dan anaknya lebih senang hidup di tepi sungai, bersahabat dengan alam dan bermain dengan Bajulmitra.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dongeng Buaya Putih"

Posting Komentar